Mengapa Pesepakbola Ricky Yacobi Berisiko Kena Serangan Jantung?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ricky Yacobi , mantan pemain sepak bola Legenda Indonesia meninggal dunia pada Sabtu (21/11) pagi. Ricky menghembuskan napas terakhir di RS AL Mintoharjo, Jakarta. Ricky dikabarkan diduga mengalami serangan jantung saat tengah bermain bola di salah satu lapangan di Gelora Bung Karno (GBK) dengan rekan-rekannya.
"Innalilahi wainnailahi rojiun, telah meninggal dunia sahabat dan pemain Nasional kita, bang Ricki Yacobi di RS Mintoharjo. Semoga Almarhum meninggal dalam keadaan husnul Khotimah," tulis pesan singkat yang diterima media.
Baca juga : 10 Cara Mengolah Lidah Buaya Menjadi Makanan dan Minuman
Dilansir dari BBC, Sabtu (21/11) bahwa sebuah penelitian menunjukkan, risiko pemain sepak bola meninggal karena serangan jantung lebih tinggi dari perkiraan para ahli. Studi di New England Journal of Medicine ini berasal dari data selama dua dekade pada 11.168 pemain muda di Inggris.
Dokter mengatakan ada kewajiban untuk melindungi pemain. Penyakit yang memeengaruhi otot jantung, kardiomiopati, adalah pembunuh diam-diam. Gejala pertama bisa jadi jantung tiba-tiba berhenti. Inilah mengapa klub memiliki program penyaringan untuk pemain akademi pada usia 16 tahun.
Bahaya lebih tinggi pada atlet karena membebani jantung dapat memicu penyakit yang mendasarinya. Adrenalin, perubahan elektrolit, dan dehidrasi semuanya meningkatkan risiko memicu serangan jantung. Tapi tidak ada yang yakin seberapa umum kematian akibat serangan jantung.
Perkiraan menyebutkan angka tersebut kurang dari dua dari setiap 100.000 pemain, tetapi analisis ini mengatakan angka tersebut lebih tinggi yakni tujuh dari setiap 100.000 pemain.
"Itu berarti kita perlu membuka mata kita terhadap fakta bahwa tingkat kematian lebih tinggi dari yang kita duga, meskipun mereka masih jarang," kata Ahli jantung Prof Sanjay Sharma, yang memimpin penelitian di St George's, University of London.
Dalam 20 tahun penyaringan, 42 prospek akademi ditemukan berisiko. Perawatan termasuk operasi korektif dan obat jantung, berarti 30 orang dapat melanjutkan karir mereka. Sisanya disarankan untuk berhenti bermain olahraga kompetitif.
Dari delapan pemain yang meninggal selama penelitian, hanya enam yang didiagnosis dengan masalah jantung akibat pemeriksaan. Prof Sharma mengatakan Asosiasi Sepak Bola Inggris telah memperkenalkan penelitian tambahan pada usia 18, 20 dan 25 tahun.
"Innalilahi wainnailahi rojiun, telah meninggal dunia sahabat dan pemain Nasional kita, bang Ricki Yacobi di RS Mintoharjo. Semoga Almarhum meninggal dalam keadaan husnul Khotimah," tulis pesan singkat yang diterima media.
Baca juga : 10 Cara Mengolah Lidah Buaya Menjadi Makanan dan Minuman
Dilansir dari BBC, Sabtu (21/11) bahwa sebuah penelitian menunjukkan, risiko pemain sepak bola meninggal karena serangan jantung lebih tinggi dari perkiraan para ahli. Studi di New England Journal of Medicine ini berasal dari data selama dua dekade pada 11.168 pemain muda di Inggris.
Dokter mengatakan ada kewajiban untuk melindungi pemain. Penyakit yang memeengaruhi otot jantung, kardiomiopati, adalah pembunuh diam-diam. Gejala pertama bisa jadi jantung tiba-tiba berhenti. Inilah mengapa klub memiliki program penyaringan untuk pemain akademi pada usia 16 tahun.
Bahaya lebih tinggi pada atlet karena membebani jantung dapat memicu penyakit yang mendasarinya. Adrenalin, perubahan elektrolit, dan dehidrasi semuanya meningkatkan risiko memicu serangan jantung. Tapi tidak ada yang yakin seberapa umum kematian akibat serangan jantung.
Perkiraan menyebutkan angka tersebut kurang dari dua dari setiap 100.000 pemain, tetapi analisis ini mengatakan angka tersebut lebih tinggi yakni tujuh dari setiap 100.000 pemain.
"Itu berarti kita perlu membuka mata kita terhadap fakta bahwa tingkat kematian lebih tinggi dari yang kita duga, meskipun mereka masih jarang," kata Ahli jantung Prof Sanjay Sharma, yang memimpin penelitian di St George's, University of London.
Dalam 20 tahun penyaringan, 42 prospek akademi ditemukan berisiko. Perawatan termasuk operasi korektif dan obat jantung, berarti 30 orang dapat melanjutkan karir mereka. Sisanya disarankan untuk berhenti bermain olahraga kompetitif.
Dari delapan pemain yang meninggal selama penelitian, hanya enam yang didiagnosis dengan masalah jantung akibat pemeriksaan. Prof Sharma mengatakan Asosiasi Sepak Bola Inggris telah memperkenalkan penelitian tambahan pada usia 18, 20 dan 25 tahun.